Cimahi, 13 Maret 2005
Hai, Senja sahabatku sejak TK. Pasti kamu kesal banget karena udah nungguin Bagas lama banget. Tadinya sih Bagas ingin menepati janji kita untuk saling bertukar kado, tapi kayaknya ngga seru ah kalo kita cuma ketemuan, tukeran kado, kamu marahin Bagas karena baru tahu tentang pindahan sekolah, terus balik ke rumah masing-masing. It’s too mainstream. Hehe.
Kalo kayak gini kan lebih berkesan. Kita bisa saling tukeran kado (walaupun lewat kurir, adikku), dan kamu bisa (tetap) marahin Bagas juga, nah, malah dobel kamu marahin akunya karena ditambah kamu yang marah karena kesal nungguin Bagas. Hehe. Terus serunya dimana? Seru karena kita jadi punya banyak cerita yang bisa kita simpan masing-masing tanpa perlu kita saling mengetahuinya. Biarkan perasaan itu sama-sama kita jaga dan kita rahasiakan, perasaan tentang perpisahan ini. Toh, ada kalanya kita tak ingin mengungkapkan perasaan sedih kita karena perpisahan ini diketahui oleh orang lain.
Hai, Senja. Maaf kalau Bagas baru memberitahumu kemarin. Sebenarnya dari minggu kemarin Bagas sudah ingin memberitahumu, tapi kamu pun juga tahu kita sedang sibuk pengayaan dan try out menghadapi UN, dan pula jadwal kelasku dan kelasmu berbeda. Baru kemarin saja, saat kita kebetulan punya jadwal yang sama baru ku beritahu kamu. Sebenarnya Bagas sudah meminta kepada Ayah untuk menunda keberangkatan sampai Bagas lulus sekolah, 3 bulan ke depan. Tapi sayangnya Ayah tidak bisa mengabulkannya karena tugas yang sangat mendesak. Bagas mengajukan opsi lain, bagaimana jika untuk 3 bulan ini Bagas dititipkan saja ke kerabat lain sampai UN berlangsung. Hmm.. Ayah sempat berpikir tapi langsung ditolak oleh Ibu. Ibu tidak mengizinkan karena khawatir dan sulit untuk mengontrolku, sulit karena jarak. Ya, aku segera akan pindah ke luar kota, Senja. Bukan hanya berbeda kota, tetapi provinsi, dan juga pulau. Kami akan segera tinggal di Pulau yang kata banyak orang adalah surganya para Dewa karena keindahannya, tapi lebih indah lagi jika tidak banyak sampah karena ulah para wisatawan. Semua kepindahan sekolah sudah mereka urus, dan lusa aku sudah bisa langsung sekolah di tempat yang baru.
Kamu bosan tidak dengan suratku yang panjang ini? Cukup lelah ya ternyata menulis dengan berlembar-lembar kertas binder seperti ini. Hehe. Kalau kamu lumayan bosan, kamu bisa buka isi kotak yang lainnya juga loh. Apa yang kamu temukan? Seharusnya sih kamu bisa menemukan bundelan kertas, ya, surat yang sedang kamu baca ini, sebuah note book kecil, gantungan kunci, dan bibit pohon kenari. Kamu sudah menemukan itu semua kan, Senja? Apa? Kamu bingung karena tidak menemukan bibit pohon kenari? Haha.
Iya, Bagas nggak jadi memasukkan bibit kenari ke dalam kotak karena belum tahu seperti apa rupanya. Sebagai gantinya, Bagas kasih kacang kenarinya saja ya? Boleh kok kamu makan, bebas. Kalau kurang kan bisa kamu ambil lagi di pohon kenari taman ujung komplek ini. Hehe. Bagas ingin kamu mengenang kalau kenari ini sebagai tanda bahwa kita selalu berbagi cerita dan berbagi ide di bawah pohon ini.
Senja, kamu masih ingin menjadi dokter kan? Lihat gambar gantungan kuncinya. Sudah cukup mewakili cita-citamu kan? Biar apa? Biar kamu suka. Suka sama kemampuan dirimu untuk terus dapat meraih impianmu itu. Biar kamu bisa meraih impianmu, kamu harus giat belajar dan mengembangkan wawasanmu. Tuh, sebagai tanda bahwa Bagas mendukung cita-citamu, Bagas sudah rangkum semua rumus matematika, kimia, fisika, dan materi biologi di note book kecil ini. Lumayan buat kamu terus belajar dan bisa dibawa kemana-mana menjelang UN ini.
Coba kamu ambil note book itu. Sudah lengkap belum rumus dan materinya? Kalau belum lengkap kamu tambahkan sendiri ya, soalnya yang ada di buku catatanku sih begitu. Tapi mudah-mudahan sama kok isinya, kan, kita diajarin oleh guru yang sama. Hehehe. Itu, di ujung kanan tiap lembar kertas ada gambar kecil yang aku buat. Aku buat lembar per lembar. Nah, sekarang kamu buka secara cepat deh note book itu. Apa yang kamu lihat? Gambar yang seakan-akan berubah dan bergerak? Yap! Semoga kamu suka ya, dan suatu saat aku bisa meraih impianku untuk menjadi seorang ilustrator handal. Aamiin.
Senja, masih marah sama Bagas ngga? Duh, jangan lama-lama dong. Senja yang dikenal oleh Bagas itu adalah Senja yang mudah memaafkan. Bagas harap semua isi dalam kotak ini bisa kamu gunakan dan kenang terus. Benda darimu (yang entah isinya apa, kan belum sampai di tanganku) akan Bagas terus simpan. Terima kasih, Senja untuk persahabatan yang indah ini. Semoga lain waktu Bagas bisa pindah kembali ke kota ini, dan Ayah ngga pindah-pindah tugas lagi. Aamiin.
Sahabatmu yang Oke
Bagas Eka
Petang itu aku membaca suratmu ditemani oleh angin senja yang meniupkan dedaunan pohon kenari yang ada di belakangku. Terima kasih juga, Bagas, sahabatku.
Delapan tahun kemudian, yaitu kini, aku membaca kembali surat itu. Masih petang, tetapi tidak ditemani oleh angin senja, melainkan hujan dan aromanya.
-BERSAMBUNG-